WELCOME TO MY BLOG

blog ini 'sedikit' berbeda dengan blog saya sebelumnya. masih blog abal-abal dengan beragam makna hahaaa...

enjoy.

salam manis dari tikii yang selalu manis...

Selasa, 07 Juni 2011

LOVE FOR A CHILD

Salammmmmm sendal jepitttt,

Hari ini saya menemukan lagi peristiwa yang agak miris, bukan 'agak' lagi mungkin, tapi miris banget. Dan kali ini akan coba saya sharingkan di entri ini, dalam blog abal-abal ini.

LOVE FOR A CHILD

Sebenernya ga tau juga sih, apakah judul yang satu ini tepat ato tidak, tapi saya hanya berusaha ngepas-ngepasin ajaaa sih, semoga bisa beneran pas.

Gimana sih perasaan kita, saya, dan kalian semua saat ngeliat anak kecil yang lucu nan imut-imut? Pasti kita akan ngerasa seneng, gemes mungkin sama anak kecil itu. Tapi apa yang terjadi kalo kita melihat anak kecil yang harusnya masih bermain dengan bebasnya, yang  belum punya gigi utuh, yang masih nanya ini itu sama orangtuanya malah terlihat ngamen di bus kota? Mungkin kita terbiasa melihat anak-anak kecil ngamen diperempatan lampu merah atau ditempat-tempat lain.

Sebenarnya ini sudah kali ke empat saya melihat adik kecil ini ngamen dibus kota, dan sekali saya melihatnya mengemis di gereja tempat saya beribadah. Si adik ini masih ompong, cadel, cantik sih sebenernya, kulitnya kuning, rambutnya lurus sebahu, cantik banget, hanya saja dia tidak punya kesempatan untuk membenahi rambutnya, pakaiannya, sehingga semua yang menempel pada tubuhnya terlihat berantakan, so ugly.

Anehnya, saya selalu melihat si ibu menemani anaknya ini. Pertanyaan saya, kenapa bukan ibuknya aja yang kerja, toh ngamen juga bukan pekerjaan yang hina, meskipun sering dianggap remeh orang-orang. Kenapa harus si adik kecil ini yang nyanyi-nyanyi di bus kota ato ngemis-ngemis ditempat-tempat lain? Si ibu ini ngapain?? Apakah dengan mempekerjakan anaknya akan menghasilkan uang yang lebih banyak, dengan mendapat belas kasihan dari orang-orang disekitarnya?

Kasian, saya membatin.

Saya sendiri ga mau, malas membayangkan saya menjadi si adik kecil itu. Diusianya saat ini, mungkin harusnya dia sudah piawai menyanyikan lagu balonku, pelangi, hujan, cicak cicak didinding, atau lagu anak-anak lainnya, tapi si bocah malang itu justru sangat hafal lagu-lagu orang dewasa yang kadang liricnya ga mendidik sama sekali. Apakah karena penumpang bus kota itu rata-rata bapak-bapak atau ibu-ibu makanya dia piawai sekali menyanyikan lagu macam begitu untuk menghibur kami semua?

Saya pribadi ga tau persis lagu siapa yang dibawakan si adik itu, tapi kira-kira begini liriknya..
'saya ga sudi punya laki' tukang mabuk. laki tukang mabuk biasanya enteng tangan'

Gimana bisa dia belajar menyanyikan lagu abal-abal begitu??
Umurnya ajaaa masih kecil, uda nyanyiin lagu untuk orang dewasa. Kalo yang ini, saya sedikit banyak sudah memahami jawabannya, karena sudah sangat jarang orang dewasa yang mau menulis lagu untuk anak-anak. Semua lagu-lagu yang dibuat jaman sekarang cuma satu temanya, C.I.N.T.A titik, ga pake koma, ga pake lama. Musisi-musisi itu dengan mudahnya dan dengan cepatnya menuliskan lagu cinta, sementara lagu untuk anak-anak, nanti ajaa deh kalo uda punya anak.


Dan tadi dalam perjalanan saya kembali ke Salatiga, saya mendapati si adik kecil itu lagi, dan sudah pasti saya melihat si ibu hanya diam mengawasi anaknya, ckckckckk, kok ya ada toh ibu yang tega macam itu, saya mengelus dada perlahan. Jangan sampe besok anakku kayak begitu, Tuhan, saya berdoa dalam hati. Lalu mulailah bibir mungil itu mengucapkan salam dan terimakasih atas kesempatan yang diberikan padanya, (kayak penyanyi di kondangan) Jujur, siang tadi sebenernya sumpek banget, udaranya panas, belum lagi saya menahan kesumpekan itu dengan duduk yang sangat sangat tidak nyaman, karena banyak penumpang yang terpaksa berdiri, saya pun terpaksa menahan dongkol yang amat sangat, gara-gara saya ga dapat patas pagi ini, jadi ya begitu deh, ngeliatin orang-orang berdiri, bergantungan pada palang didalam bus ekonomi, tapi Puji Tuhan saya masih dikasih duduk.

Si bocah kecil itu mulai mempesona penumpang-penumpang yang ada dengan lagunya, yang liriknya sudah saya tulis diatas tadi, tentunya dengan gaya anak-anak. Nyanyi lagu orang dewasa, tapi gaya dan suara, anak-anak banget. Dan terbukti, banyak sekali lembaran gambar Pattimura yang bisa peroleh dalam genggamannya, dan disetorkannya pada sang ibu. Kalo biasanya pengamen yang bergitar selalu dapat receh, si bocah ini dapat lembaran Patimurra, dan itu berlembar-lembar, bahkan mungkin lebih dari itu. Pinter juga nih si ibu, pikir saya. Mungkin kalau dia yang nyanyi nyanyi kayak bocah tadi, ga bakalan dia dapet segitu banyak rasa belas kasihan. Saya sendiri, memberinya selembar ribuan dan sebutir permen untuk si adik cantik yang malang itu.



Dalam kasus ini, siapa yang salah? Orangtua? anak? atau mungkin pemerintah?
Tidakkah orangtua itu tau, anak mereka masih terlalu kecil untuk melakukan hal-hal semacam itu?
Dan bukankah orangtua yang seharusnya menghidupi anak-anaknya?

Lalu bagaimana dengan anak-anak kecil yang mendapati orangtuanya tidak mendampingi mereka, atau bercerai, atau bahkan meninggal dunia. Dan bagaimana dengan orangtua yang mempekerjakan anaknya, tapi kadang juga menendang atau memukul atau menampar saat mereka mendapati anak mereka nakal.

Ada lagi cerita tentang Reno, anak dari si mbak yang biasanya bersih-bersih di kost tempat saya berteduh ini. Reno adalah anak sulung, adiknya Rama sering sekali main ke kamar saya atau kamar Zilpa untuk meminta permen atau jajanan lainnya, buat saya, wajar aja anak kecil minta jajan atau permen sama orang lain. Tapi yang ga wajar dimata saya adalah, saat saya melihat si mbak tersebut menarik Reno, sang kakak, dan menendangnya tepat ditengah-tengah kost kami. Beruntung, saat itu sepi sekali, saya yang baru selesai cuci tangan sempat melihat kejadian itu. Saya menatap ke arah si mbak yang sedang menendang, dan juga Reno yang tengah menangis meraung-raung dengan tatapan iba, kasian amat si Reno, tapi apa perlu dikasih tendangan seperti itu juga? Batin saya. Begitu si mbak menyadari kehadiran saya disekitar mereka, si mbak langsung melepaskan Reno, dan ganti menatap saya dengan tatapan yang aneh, saya ga ngerti apa maksud beliau menatap saya seperti itu. Sebenarnya saya ingin bertanya, atau melarang si mbak untuk menendang anak sulungnya itu, tapi saya pikir lagi, kayaknya percuma juga kalau saya menegur, toh tendangan itu tetap saja hinggap ditubuh Reno, dan saat saya memutuskan untuk masuk kekamar saya, si mbak masih menatap saya dengan tatapan yang aneh. Saya merasa terbiasa dengan tatapan itu, air muka yang selalu saya lihat tiap kali si mbak itu bersih-bersih, nyapu-nyapu dikost saya. Apakah beliau tidak sukacita saat bekerja?



love for a child.

Apakah benar ada cinta untuk anak seperti Reno, Rama, dan juga si bocah pengamen itu?
Tapi mungkin, Reno dan Rama jauh lebih beruntung dari si bocah pengamen itu. Reno masih bisa ke sekolah, meskipun selesai sekaloah Reno harus membantu ibunya, menjaga sang adik, Rama.

Saya bersyukur, saya terlahir, dan besar, tanpa harus melalui saat-saat sulit seperti bocah-bocah itu. Dan saya mengerti, mengapa mereka melakukan semuanya itu, karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka, yang seharusnya mereka bisa mengecap kehidupan yang layak, tapi mereka justru ngamen, atau bahkan ngemis belas kasihan dari orang lain untuk tetap bisa makan hari ini. Meskipun kita mungkin ga bisa berbuat banyak hal untuk menolong mereka, tapi saya percaya, selembar uang ribuan yang kadang ga ada artinya untuk kita, sangat berarti untuk mereka. lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk mereka, hal-hal kecil akan sangat berarti bagi mereka. Saya percaya, mereka mereka masih punya harapan untuk hidup yang lebih baik lagi, bukan pengamen atau pengemis kecil itu, tapi juga saya, kamu, kita...

Dibawah ini, saya cantumkan juga lirik lagu dari Jason Mraz, LOVE FOR A CHILD. Lagu ini sebetulnya mengenai seorang anak yang mendapati orangtuanya bercerai, miris banget ya, mungkin sedikit ga nyambung  dengan yang saya tulis diatas tadi, tapi yang ini dengan yang diatas itu sama benang merahnya, because, it was all about love... 

There's a picture on my kitchen wall
Looks like Jesus and his friends involved
There's a party getting started in the yard
There's a couple getting steamy in the car parked in the drive
Was I too young to see this with my eyes?

By the pool last night, apparently
The chemicals weren't mixed properly
You hit your head and then forgot your name
And then you woke up at the bottom by the drain
And now your altitude and memory's a shame

What about taking this empty cup and filling it up
With a little bit more of innocence
I haven't had enough, it's probably because when you're young
It's okay to be easily ignored
I like to believe it was all about love for a child

And when the house was left in shambles
Who was there to handle all the broken bits of glass
Was it mom who put my dad out on his ass or the other way around
Well I'm far too old to care about that now

What about taking this empty cup and filling it up
With a little bit more of innocence
I haven't had enough, it's probably because when you're young
It's okay to be easily ignored
I'd like to believe it was all about love for a child

It's kinda nice to work the floor since the divorce
I've been enjoying both my Christmases and my birthday cakes
And taking drugs and making love at far too young an age
And they never check to see my grades
What a fool I'd be to start complaining now

What about taking this empty cup and filling it up
With a little bit more of innocence
I haven't had enough, it's probably because when you're young
It's okay to be easily ignored
I'd love to believe it's all about love for a child

It was all about love...



take it slow. make it flow. let it glow..
salam manis dari tikii yang selalu manis

1 komentar: